Jumat, 22 Oktober 2010

KONSEP BELAJAR MANDIRI SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KELAS XI CERDAS INTERNASIONAL DI SMA NEGERI 3 PONTIANAK TAHUN AJARAN 2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Siswa atau peserta didik merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan. Bahkan, siswa dapat dikatakan bagian terpenting dalam proses pendidikan. Dikatakan demikian karena, siswa / peserta didik merupakan output pendidikan yang kelak diharapkan menjadi individu-individu yang berguna bagi kemaslahatan umat manusia.

Di Era Modern saat ini banyak teknologi yang muncul untuk menunjang pendidikan dalam proses pembelajaran, baik itu dari media televisi, internet, komputer dan lain-lain. Sehingga guru maupun siswa bisa menggunakan media yang ada untuk menunjang mereka dalam proses belajar maupun dalam pembelajaran.

1

Dalam kegiatan proses pembelajaran menurut Modhoffir (2000: 87) dalam kegiatan belajar mengajar dikenal ada tiga kegiatan, (1) kegiatan klasikal (berkelompok), (2) belajar mandiri, (3) interaksi antar pengajar dan siswa. Dari ketiga kegiatan belajar di atas peneliti mengambil point yang kedua yaitu tentang belajar mandiri, karena pada kegiatan belajar mandiri siswa dituntut untuk dapat belajar sesuai dengan karakter dan kebutuhan siswa itu sendiri. Akan tetapi penerapan kegiatan ini tidak terlepas dari bimbingan dan arahan guru. Guru tidak memainkan peranannya di kelas, hanya saja proses pemberian informasi dalam pembelajaran lebih sedikit dikarenakan siswa telah dapat mencari informasi sendiri.

Kemandirian belajar adalah suatu aspek yang harus diperhatikan dari siswa di Era Modern saat ini. Kemandirian belajar dapat dalam bentuk pemanfaatan media seperti buku-buku atau melalui media informasi seperti internet, majalah, koran, televisi dan lainya. Hal ini berdasarkan pada sebuah asumsi bahwa belajar bukanlah hanya guru semata, tetapi masih banyak sumber-sumber lain yang dapat dimanfaatkan oleh siswa. Satu asumsi yang paling penting dalam belajar mandiri adalah keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh siswa itu sendiri.

Dalam kaitannya dengan belajar mandiri, peneliti beranggapan bahwa konsep belajar mandiri tidak kalah penting, karena dalam konsep belajar mandiri pembelajaran diposisikan sebagai pemegang kendali, pengambil keputusan atau pengambil inisiatif atas belajarnya sendiri. Sehingga ketentuan berhasil atau tidaknya sebuah pembelajaran sangat tergantung kepada pembelajaran yang dalam konteks ini yaitu peserta didik/siswa.

Dengan demikian, inti dari belajar adalah adanya perubahan tingkah laku karena adanya suatu pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman dan apresiasi. Sedangkan pembelajaran adalah suatu proses untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan (Wina Sanjaya,2008:9).

Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Mungkin kebanyakan dari kita beranggapan salah mengenai belajar mandiri. Namun, belajar mandiri bukan berarti menuntut peserta didik untuk jenius dengan beranggapan bahwa mereka tidak membutuhkan pihak lain.

Dalam pengertian sebenarnya, belajar mandiri yaitu peserta didik tahu kapan harus memerlukan bantuan orang lain. Pengertian tersebut termasuk mengetahui kapan peserta didik harus bertemu sesama mereka di luar jam belajar untuk berdiskusi, mengikuti kegiatan luar sekolah (ekstrakurikuler), atau bahkan bertemu orang yang dianggap pandai dari mereka untuk bertanya seputar masalah mata pelajaran. Di samping itu, pemanfaatan media belajar tidak kalah pentingnya seperti yang telah peneliti singgung sebelumnya.

Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemauan dan keterampilan siswa/peserta didik tidak tergantung pada guru/instruktur, pembimbing, teman, orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri siswa / peserta didik akan berusaha sendiri untuk memahami isi pembelajaran yang dibaca atau mendiskusi dengan teman, guru, atau orang lain, karena siswa / peserta didik yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkan. Sebab kelancaran kegiatan belajar mandiri sangat ditentukan oleh sejauh mana siswa telah memiliki pengetahuan yang relevan sebagai awal untuk menciptakan pengetahuan baru atas rangsangan dari informasi baru yang diperoleh dari guru, atau orang lain, serta dari sumber belajar manapun.

Dalam hal ini, berdasarkan hasil observasi awal pada saat peneliti melakukan PPL (Praktek Pelaksannan Lapangan) di SMA Negeri 3 Pontianak, peneliti melihat bahwa belajar mandiri yang diuraikan di atas sedikit banyak sudah dilakukan oleh siswa-siswi di SMA Negeri 3 Pontianak khususnya di kelas XI cerdas internasional. Sebab, pada saat guru menjelaskan/menyampaikan materi guru hanya memberi sedikit penjelasan / pengarahan secara garis besar dari isi materi. Dan siswalah yang banyak mencari informasi atau mencari bahan untuk dikaitkan dalam materi. Jelasnya, siswalah yang sangat aktif dalam mencari sumber lain yang akan membantu mereka untuk mencapai tujuan belajar yang mereka harapkan, baik dari sumber buku, pengalaman ataupun keterampilan lain. Akan tetapi perhatian mereka lebih difokus pada mata pelajaran yang di UAN kan, karena mereka lebih menyibukkan dirinya untuk persiapan mengikuti UAN.

Oleh karena itu dari penjelasan di atas maka peneliti ingin mengetahui sejauh mana kemampuan / upaya siswa untuk dapat melakukan belajar mandiri dalam konteks tugas yang diberikan guru atau mencari informasi yang berkaitan dengan bahan ajar, sehingga siswa dituntut untuk mencari bahan belajar sendiri dengan kemampuan yang mereka miliki sehingga mengetahuai kapan ia membutuhkan bantuan dari orang lain. Khususnya pada mata pelajaran PAI apakah mereka memberikan perhatian yang sama pada mata pelajaran ini.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul dan deskripsi latar belakang penelitian di atas, maka yang menjadi masalah umum dalam penelitian ini yaitu, Konsep Belajar Mandiri Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas XI cerdas internasional Tahun Ajaran 2009-2010 di SMA Negeri 3 Pontianak.

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka selanjutunya dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk perbuatan belajar mandiri siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun 2009/2010.

2. Bagaimanakah disiplin belajar mandiri siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas XI cerdas internasional Tahun di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun 2009/2010?

3. Bagaimana inisiatif siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak tahun 2009/2010?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas, secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan tentang Konsep Belajar Mandiri Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas XI cerdas internasional Tahun Ajaran 2009/2010 di SMA Negeri 3 Pontianak, yang dikaji melalui pertanyaan penelitian. Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Bentuk perbuatan belajar mandiri siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun 2009/2010.

2. Disiplin belajar mandiri siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun 2009/1010.

3. Inisitif menyelesaikan tugas pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun 2009/2010.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua membaca agar mengetahui bagaimana Belajar Mandiri pada Pembejaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas XI cerdas internasional Tahun Ajaran 2009-2010 di SMA negeri 3 Pontianak. Di samping itu, dengan adanya penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan kita mengenai upaya belajar mandiri.

2. Secara Praktis

a. Bagi SMA Negeri 3 Pontianak

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi SMA Negeri 3 Pontianak khususnya dan sekolah-sekolah lain pada umumnya untuk menentukan langkah-langkah kebijakan dalam rangka membantu siswa untuk mencapai penerapan belajar mandiri khususnya dalam mata pelajaran PAI. Hal ini tentu akan bermanfaat bagi terbentuknya siswa-siswi yang paham beragama sehingga tercapailah tujuan pembelajaran agama khususnya agama Islam yaitu untuk membentuk pribadi-pribadi yang berakhlaqakul karimah.

b. Bagi guru

Manfaat penelitian ini bagi guru yaitu, guru dapat mambebaskan diri dari menerangkan keterampilan dasar yang sifatnya rutin, guru dapat menyediakan bahan belajar yang lebih tepat bag kebutuhan setiap siswa, guru dapat menggunakan waktu bersama siswa yang paling memerlukan bantuan, guru dapat menyediakan bahan belajar yang diracang dengan cermat dan disusun dengan baik, dan guru dapat bertindak bukan sebagai penceramah, tetapi sebagai pembimbing juga.

c. Bagi siswa

Belajar mandiri memberi kemungkinan bagi siswa untuk maju sesuai keinginan belajar masing-masing dan dapat berinteraksi atau berhubungan langsung dengan bidang pelajaran yang sedang dipelajarinya, serta siswa dapat memperolah tanggapan langsung mengenai jawaban atau tes yang ia kerjakan. Selanjutnya, siswa dapat memperolah kesempatan untuk memahami secara mendalam bidang pelajarannya.

d. Bagi lembaga STAIN Pontianak

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masalah oleh lembaga STAIN Pontianak untuk menentukan arah kurikulum akademik, khususnya bagi jurusan Tarbiyah. Kurikulum yang dimaksud tentukan kurikulum yang dapat menjadi mahasiswa Tarbiyah yang saat ini sebagai calon guru, kiranya kelak dapat menjadi guru yang kreatif dan inovatif dalam membantu siswa untuk mencapai kemandirian belajar.

e. Bagi penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan rujukan apabila mahasiswa ingin melakukan penelitian sejenis. Hal ini tentunya akan menambah khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan tentang “ belajar mandiri pada pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam).

BAB II

BELAJAR MANDIRI SISWA DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

A. Pengertian Belajar Mandiri

Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Orang sebagai individu dan sebagai bagian dari masyarakat mempunyai kepentingan agar berhasil dalam mengelola belajar. Orang-orang yang sudah terampil belajar mandiri akan menguasai berbagai keterampilan. Mereka juga dapat mengembangkan kemampuan berkehidupan yang kreatif sepanjang hidupnya.

9

Menurut Wina Sanjaya (2008:26) menyatakan bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik. Potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada diluar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Sebagai suatu proses kerja sama, pembelajaran tidak hanya menitikberatkan pada kegiatan atau kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa segara bersama-sama berusaa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian kesadaran dan keterpahaman guru dan siswa akan tujuan yang haru dicapai dalam proses pembelajaran merupakan syarat mutlak yang tidak bisa ditawar, sehingga dalam prosesnya guru dan siswa mengarah pada tujuan yang sama.

Menurut Herman Holstain (1999: 5) memberikan konsep bahwa belajar mandiri merupakan proses belajar yang dirintis melalui bekerja sendiri dan meemukan sendiri. Sedangkan menurut Huris Mujimin, (2007: 1) menyatakan bahwa belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif yang didorong oleh motif yang menguasai suatu kompetensi dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimilik. Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar dan cara pencapai, baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, sumber belajar maupun evaluasi belajar yang dilakukan oleh pembelajar sendiri.

Dari batasan itu dapat diperoleh gambaran, bahwa seseorang yang sedang menjalankan kegiatan belajar mandiri lebih ditandai, dan ditentukan oleh motif yang mendorong belajar, bukan oleh kemampuan fisik kegiatan belajarnya dan juga disertai dengan adanya upaya atau usaha untuk melakukan kegiatan belajar mandiri. Pembelajaran tersebut secara fisik dapat belajar sendirian, belajar kelompok dengan kawan-kawan, atau bahkan sedang dalam situasi belajar klasikal dalam kelas tradisional.

Akan tetapi bila motif yang mendorong kegiatan belajarnya adalah motif untuk menguasai sesuatu kompetensi yang diinginkannya, maka ia menjalankan belajar mandiri. Belajar mandiri jenis ini dapat pula disebut Self-motivated Learning.

Dari pengertian tentang belajar mandiri di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar mandiri adalah kegiatan belajar yang dilakukan dengan kemampuan menggunakan cara belajar sendiri untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Oleh karena itu upaya untuk membentuk belajar mandiri yang baik diperlukan suatu konsep yang baik pula. Menurut Haris Mujimin (2007:18), bahwa konsep belajar mandiri adalah konsep yang digunakan sebagai kerangka penyusunan rancangan belajar, maka dari itu setelah konsep belajar mandiri disajikan akan di identifikasi kegiatan-kegiatan pembelajaran berbasis konsep belajar mandiri, yang diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar.

Dengan memperhatikan konsep belajar mandiri yang dimaknakan sebagai proses belajar yang dirintis melalui metode yang mantap dan kegiatan sendiri, maka dapat dikatakan bahwa dalam proses belajar mandiri lebih menekankan pada kemampuan individu yang belajar agar lebih banyak berbuat dan bertindak untuk mencapai tujuan belajarnya.

B. Konsep belajar mandiri

Anatomi konsep belajar mandiri bila diserhanakan terdiri atas kepemilikan kompetensi tertentu sebagai tujuan belajar, belajar aktif, sebagai stratregi belajar, keberadaan motivasi belajar sebagai prasyarat berlangsungnya kegiatan belajar, dan paradigma konstruktivisme sebagai landasan konsep.

Gambar 1

Anatomi Konsep Belajar mandiri

KKOMPE-

TENSI

Tujuan Pembelajaran

BELAJAR AKTIF


M B

O E

T L

I A

V J

A A

S R

I

Strategi Pembelajaran

Prakondisi

KONSTRUKTIVISME


Paradigma Pembelajaran

Dari gambar akan dijelaskan aspek-aspek yang termasuk dalam konsep belajar mandiri sebagai berikut:

1. Tujuan

Dari batasan di atas dapat dipahami bahwa tujuan belajar mandiri adalah mencari kompetensi baru, baik yang berbentuk pengetahuan maupun keterampilan untuk mengatasi suatu masalah. Tujuan belajar dan pencapaiannya memang ditetapkan sendiri oleh siswa. Tetapi rangsangan yang mendorong pembelajaran menetapkan suatu tujuan belajar, yang bisa di dapat dari guru atau pihak lain yang menugasinya melakukan sesuatu, misalnya meneliti suatu masalah.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran harus menetapkan tujuan-tujuan yang perlu dicapai, agar dapat menguasai tujuan belajar yag telah ditetapakn sebelumnya, yaitu masalah yang berkaiatan dengan pembelajaran.

Dalam tujuan belajar guru harus menentukan indikator-indikator dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan tersebut harus mempersiapkan materi/bahan ajar. Siswa dalam menentukan materi ajar pasti ada bagian-bagian yang kurang dipahami oleh siswa. Dalam hal ini, siswa perlu didorong untuk menetapkan sendiri informasi yang perlu dicari. Dengan kata lain, siswa didorong untuk menetapakn tujuan-antara. Untuk mencapai tujuan-antara ini, siswa dapat menempuh berbagai cara bertanya kepada guru, mencari sumber belajar yang lain untuk mencari jawaban. Jawaban ini harus di dapat dulu sebelum sesuatu tujuan khusus dari suatu mata pelajaran dapat tercapai.

Perumusan tujuan-antara: sebagai contoh, tujuan khusus berupa siswa dapat mengidentifikasi komponen-komponen belajar mandiri dengan bahan ajar yang tersaji. Pada tahap inilah siswa perlu menyadari bagianmana yang belum dipahami, lalu guru guru mendorong siswa untuk merumuskan tujuan belajar antara melalui dialog sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengetahui mana bagian yang kurang mereka pahami (Haris Mujiman, 2007:23).

Siswa menetapkan tujuan antara : dalam mempelajari materi ajar, pasti ada bagian-bagian yang kurang dipahami oleh siswa. Dalam hal ini siswa perlu di dorong untuk menetapkan sendiri informasi yang perlu dicarinya. Dengan kata lain, siswa didorong untuk menetapkan tujuan-antara. Untuk mencapai tujuan-antara, siswa dapat menempuh berbagai cara yang ditetapkannya sendiri. Misalnya dengan cara bertanya kepada instruktur, atau kepada pihak lain atau mencari sumber belajar yang lain untuk mencari jawaban. Jawaban ini harus didapat dahulu sebelum tujuan khusus dari suatu mata pelajaran dapat dicapai.

Sebagaimana telah dikemukakan diatas, dalam belajar mandiri dikenal konsep piramida tujuan yang terdiri atas tujuan utama, tujuan akhir dan tujuan antara. Dalam konteks suatu program pelatihan, tujuan utama adalah tujuan program, tujuan akhir adalah tujuan setiap unit kegiatan yang harus dicapai untuk mencapai tujuan utama. Tujuan antara adalah tujuan yang harus dicapai terlebih dahulu sebelum dapat mencapai tujuan akhir.

Dalam evaluasi belajar mandiri, tidak dirasa perlu menetapkan bahwa semua tujuan harus ditetapkan sendiri oleh pembelajar. Kalau ada sebagian saja dari tujuan dalam piramida tujuan, dan ada sebagian saja cara pencapaian tujuan yang ditetapkan sendiri oleh pembelajar, maka kegiatan belajar secara keseluruhan dapat dikategorikan sebagai belajar mandiri. Ini sebabnya seluruh kegiatan belajar merupakan satu kesatuan yang terkait satu dengan yang lain, yang penting, motif yang mendorong kegiatan adalah motif untuk menguasai sesuatau kompetensi masalah.

2. Strategi dan bentuk kegiatan belajar mandiri

Guna mencapai tujuan belajar mandiri ialah sesuatu kompetensi, strategi pembelajaran yang digunakan adalah strategi belajar aktif. Strategi belajar aktif pada dasarnya merupakan kegiatan belajar yang bercirikan keaktifan pembelajaran, untuk mendapatkan serangkaian kompetensi yang secara akumulatif menjadi kompetensi lebih besar yang hendak dicapai melalui kegiatan belajar mandiri.

Belajar aktif merupakann strategi yang tepat untuk mencapai tujuan belajar mandiri. Sebab belajar itu merupakan bentuk kegiatan belajar alamiah, yang dapat menimbulkan kegembiraan, dapat membentuk suasana belajar tanpa stress, dan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu bentuk kegiatan belajar mandiri haruslah dirancang dengan baik, yang di dalamnya terdapat strategi belajar agar mengarah kepada tujuan belajar mandiri.

Bentuk-bentuk keaktifan belajar, dalam pembahasan sebelumnya tentang penetapan tujuan-antara belajar, evaluasi diri, refleksi dan review pengalaman yang lalu, siswa didorong untuk melakukan berbagai kegiatan secara efektif. Diantaranya adalah mambuat catatan tentang keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan-antara.

Dalam pembelajaran aktif guru yang harus pertama membuka jalan. Ia harus menetapkan metode yang dapat merangsang belajar aktif, misalnya penugasan individu atau kelompok. Untuk menumbuhkan kegiatan belajar mandiri, siswa harus bisa merekontruksi langkah pembelajaran yang baik. Menurut Haris Mujiman (2007: 24), dinyatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran harus direkonstruksi dengan baik oleh partisipan (siswa) dan instruktur (pengajar).

Adapun bentuk rekonstruksi langkah pembelajaran yang dilakukan oleh siswa sebagai berikut:

1) Memahami tujuan-khusus mata pelajaran

2) Memahami bahan ajar terkait

3) Menemukan bagian yang tidak dipahami

4) Menentukan apa yang harus ditanyakan, atau data informasi yang harusdicari

5) Menunjukkan pertanyaan kepada instruktur, atau pihak lain untuk mencari data atau informasi yang diperlukan.

6) Mengelolah jawaban atau mengelolah data/informasi.

3. Motivasi belajar mandiri

Untuk melakukan Belajar Aktif, motivasi belajar merupakan prasyarat yang harus dikembangkan terlebih dahulu. Tanpa motivasi belajar yang cukup kuat untuk menguasai suatu kompetensi, strategi belajar aktif tidak mungkin berjalan. Tetapi sebaliknya, keberhasilan belajar aktif diperkirakan akan dapat menumbuhkan motivasi belajar. Pengembangan motivasi belajar merupakan bagian tersulit dalam penyiapan dan penumbuhan kemampuan belajar mandiri, sebab upaya pengembangan motivasi belajar menyangkut berbagai aspek dalam sistem pembelajaran.

Adapun motivasi belajar yang kuat pada diri siswa dalam program pelatihan adalah syarat mutlak bagi berlangsungnya belajar mandiri. Oleh karena itu program pelatihan yang harus dirancang agar dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terhadap pembentukan motivasi belajar, yaitu:

1) Faktor pengetahuan tentang kegunaan belajar

2) Faktor kebutuhan untuk belajar

3) Faktor kemampuan melakukan kegiatan belajar

4) Faktor kesenangan terhadap ide melakukan kegiatan belajar

5) Faktor pelaksana kegiatan belajar

6) Faktor hasil belajar

7) Faktor kepuasan terhadap hasil belajar

8) Faktor karaktreristik pribadi dan lingkungan (haris Mujiman,2007:41)

4. Paradigma Pembelajaran

Penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk mendapatkan pengetahuan atau keterampilan baru adalah prinsip belajar menurut pradigma konstrukvisme yang melandasi belajar mandiri sangat ditentukan oleh sejauh mana pembelajaran telah memiliki pengetahuan yang relevan sebagai modal awal untuk menciptakan pengetahuan baru atas rangsangan dari informasi baru ini dapat diperoleh dari guru, orang lain, atau dari sumber belajar apapun.

Selain komponen-komponen utama dalam konsep belajar mandiri sebagaimana dikemukakan di atas, ada beberapa ciri lain yang menandai belajar mandiri ialah hal-hal yang bersangkutan dengan tahapan belajar, paramida tujuan belajar, sumber dan media belajar yang digunakan, tempat belajar, atau belajar, tempo belajar dan irama belajar, cara belajar, serta evaluasi terhadap hasil belajar mandiri.

a. Penahapan: Ada 5 penahapan dalam belajar mandiri:

1) Tahap masuknya ransangan: pada tahap ini pembelajaran menerima rangsangan dari dalam ataupun dari luar dirinya yang berupa masalah untuk dipecahkan, atau kebutuhan untuk dipenuhi. Rangsangan ini dapat berupa ketertarikan siswa kepada suatu bagian materi latihan, yang membuat siswa merasa penting dan ingin tahu sehingga siswa mendalaminya lebih lanjut.

2) Tahapan tumbuhnya niat belajar untuk menguasai kompetensi: niat belajar timbul apabila pembelajaran tertarik kepada bahan yang diajarkan oleh instruktur. Baik rangsangan yang berupa masalah yang diatasi, maupun kebutuhan yang mendorong pembelajaran berniat menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi masalah.

3) Tahap pembuat keputusan: memiliki niat untuk belajar belum menjamin siswa akan melakukan kegiatan belajar. Untuk dapat melakukan perbuatan-perbuatan itu, siswa mengalihkan niat kedalam bentuk kekuatan motivasi. Dengan cara, ia beranyan kepada diri sendiri, antara lain: apa keuntungan yang akan diperoleh dan beban yang harus ditanggung untuk menguasai kompetensi, apakah ia mampu menangguang beban itu, apa perbuatan belajar itu nanti akan dapat memperoleh rasa senang dengan melakukan kegiatan belajar itu.? Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu siswa sesungguhnya sedang menjalani peruses pembuatan keputusan, untuk belajara atau tidak belajar. Dengan kata lain ia sedang membangun motivasi diri untuk melakukan perbuatan belajar.

4) Tahap melaksanakan keputusan: siswa akan memutuskan belajar bila jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas itu positif, dan bila jawaban-jawaban tidak seluruhnya positif, maka ia akan memutuskan untuk tidak mengambil langkah belajar.

5) Tahapan evaluasi: setelah keputusan belajar telah dijalankan, pembelajar melakukan evaluasi. Bila hasilnya posifit atau memuaskan haitnya, keputusan yang telah diperbuat diperkokoh, dan pernbuatan belajar dilanjutkan atau sebaliknya.

Program pelatihan yang berbasis konsep belajar mandiri harus mampu membantu siswa untuk melalui beberapa tahapan-tahapan belajar mandiri

b. Piramid Tujuan: Telah disinggung di atas bahwa dalam belajar mandiri terbentuk struktur tujuan belajar berbentuk piramid. Besar dan bentuk piramid sangat bervariasi di antara para pembelajar. Sangat banyak faktor yang berpengaruh diantaranya adalah kekuatan motivasi belajar, kemampuan belajar, dan ketersedian sumber belajar. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa semakin kuat motivasi belajar, semakin tinggi kemampuan belajar, dan semakin tersedia sumber belajar. Keadaan ini menunjukkan kemungkinan semakin intensifnya kegiatan belajar, dan semakin banyaknya kompetensi yang diperoleh pembelajaran, disamping kompetensi utama yang ditujunya.

c. Sumber dan Media Belajar: Belajar mandiri dapat digunakan berbagai sumber dan media belajar. Guru, kawan, pakar, praktisi, dan siapun yang memliki informasi dan keterampilan yang diperlukan pembelajaran dapat menjadi sumber belajar. Paket-paket belajar yang berisi self intructional materials, buku teks, hingga teknologi informasi lanjut dapat digunakan sebagai media belajar mandiri.

d. Tempat Belajar: belajar mandiri dapat dilakukan di sekolah, rumah, perpustakaan, warnet dan dimanapun yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar. Akan tetapi memang ada tempat-tempat belajar tertentu yang sering digunakan yaitu di sekolah dan di rumah. Lingkungan belajar ditempat-tempat tersebut perlu mendapat perhatrian, sehingga pembelajar merasa nyaman melakukan kegiatan belajar.

e. Waktu belajar: belajar mandiri dapat dilakukan setiap waktu yang dikehendaki oleh pembelajar. Diantara waktuyang digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Namun dalam hal; belajar dirumah , masing-masing pembelajar memiliki preferensi waktu sendiri-sendiri.

f. Tempo dan irama belajar; kecepatan belajara dan intensitas kegiatan belajar ditentukan sendiri oleh pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan kesempatan yang tersedia.

g. Cara Belajar; pembelajaran memiliki cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri. Di antara lain terkait dengan tipe pembelajaran, apakah ia termasuk auditif, visual, kinestetik atau tipe campuran. Pembelajaran mandiri memerlukan tipe dirinya, serta cara belajar yang cocok dengan keadaan dan kemampuannya sendiri.

h. Evaluasi hasil belajar: evaluasi belajar mandiri dilakukan oleh pembelajaran sendiri dengan membandingkan antara tujuan belajar dan hasil yang dicapainya, pembelajar akan mengetahui sejauh mana keberhasilannya. Dalam evaluasi ini pembelajaran juga perlu menemukan pemikiran penyebab keberhasilan dan kegagalannya.

i. Refleksi: refleksi merupakan penilaian terhadap proses pembelajaran yang telah dijalani. Pertanyaan kepada diri sendiri antara lain: kegiatan apa yang berhasil, apa yang gagal, mengapa dan selanjutnya bagaimana. Kemampuan refleksi merupakan salah satu kemampuan yang sangat diperlukan dalam belajar mandiri, sebab dari hasil refleksi, pembelajaran dapat menentukan langkah ke depan guna mencapai keberhasilan dan menghindari kegagalan. Keberhasilan belajar mandiri banyak ditentukan oleh kemampuan refleksi.

C. Prinsip-prinsip Belajar Mandiri

Belajar memerlukan aktifitas. Pada prinsipnya belajar adalah perbuatan untuk merubah tingkah laku, berbuat untuk melakukan kegiatan tidak ada belajar tanpa aktivitas, itulah sebabnya aktivitas merupakan asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar.

Untuk mengembangkan sikap belajar madinri Agus Soesonto (1990:72) mengatakan ada beberapa prinsip atau keharusan yang perlu perhatikan dalam belajar mandiri yaitu:

1. Belajar harus terencana dan teratur

2. Belajar harus dengan disiplin.

3. Belajar dengan minat dan perhatian

4. Belajar harus dengan pengertian

5. Belajar harus dengan rekreasi yang sederhana dan bermanfaat.

6. Belajar harus dengan tujuan jelas.

Untuk lebih jelasnya dari pendapat tersebut, berikut ini penulis uraikan maksudnya dari pendapat di atas yaitu:

1. Belajar Harus Terencana dan Teratur

Rencana adalah perhitungan-perhitungan jangka pendek yang menyangkut tentang pembagian waktu, tenaga dan bahan yang akan dipelajari. Semua diperhitungkan untuk mendapatkan efisiensi dalam belajar. Rencana untuk selama seminggu hari kuliah, diatur secara garis besar seperti pada jadwal kuliah.

Sehubungan dengan itu, Agus M. Hardjana (1994:85) menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan atau hasil belajar yang baik diperlukan rencana belajar yang disusun secara baik pula. Adapun rencana belajar yang baik menutut Agus M. Harjana adalah rencana yang:

a. Realistis: sesuai dengan tuntunan studi pada umumnya dan tuntutan mata pelajaran ditempuh pada khususnya.

b. Disesuaikan dengan kebugaran fisik dan mental.

c. Untuk setiap bahan studi diberi waktu yang cukup

d. Dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh

2. Harus dengan Disipin

Disiplin merupakan kunci kesuksesan. Sebab dengan disiplin orang berkeyakinan bahwa disiplin membawa manfaat yang dibuktikan dengan tindakan disiplinnya. Demikian pula halnya dengan belajar siswa juga harus disiplin dalam belajar. Apa lagi belajar sudah disusun rencana belajar yang teratur, maka rencana belajar itu harus dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik, agar di dalam belajar akan memperoleh hasil yang baik pula.

Dalam belajar banyak siswa yang mengeluh karena mengalami gangguan misalnya tidak dapat konsentrasi, mudah mnegantuk, sering lupa suka melamun dan lain sebaginya. Menurut Suharsim Arikunto (1990:148) “Disiplin yaitu suasana tertib dan teratur, akan tetapi perlu dinamika dalam melaksanakan program kelas terutama dalam mewujudkan proses belajar mengaja”. Karena itu disiplin merupakan kunci kesuksesan, sebab dengan disiplin orang berkeyakinan bahwa disiplin membawa manfaat yang dibuktikan dengan tindakan disiplinya. Sedangkan menurut Dra. Kartini Kartono (1985:90) “Belajar yang efisien menuntut belajar secara teratur dan disiplin”. Demikian pula siswa juga harus disiplin dalam belajar apalagi di sekolah disusun jadwal dan rencana belajar yang teratur untuk dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik agar di dalam belajar akan memperoleh hasil yang baik pula.

3. Belajar dengan Minat dan Perhatian

Minat menurut Drs. Slameto (1995:57) “ Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”. Minat besar pegaruhnya terhadap belajar, karena bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.

Banyak para siswa yang di dalam belajarnya nampak tidak atau kurang adanya minatnya di dalam belajar, bahkan para siswa cenderung merasakan bahwa belajar itu merupakan suatu beban, sehingga tidak sedikit siswa yang akan memegang buku untuk belajar ketika pelaksanan ujian sudah dekat. Akibatnya istilah belajar sistem kebut semalam sudah menjadi hal yang bisa bagi siswa.

Dengan demikian minat dalam belajar itu merupakan suatu beban, sehingga tidak sedikit siswa yang akan memegang buku untuk belajar ketika pelaksanan ujian sudah dekat, istilah belajar sistem kebut semalam sudah menjadi hal yang biasa bagi siswa. Maka dari itu minat dalam belajar itu amatlah penting dan harus ditumbuhkan. Dan untuk menumbuhkan minat itu kembali kepada diri siswa masing-masing. Siswa harus menyadari bahwa belajar itu baik dan penting.

Sehubung dengan minat tersebut, Agoes Soejanto dalam bukunya bimbingan ke arah yang sukses mengatakan ada cara-cara yang dapat ditempuh untuk menumbuhkan minat dalam belajar yakni menyusun belajar secara teratur dan kemudian niatkan dalam hati bahwa dengan adanya rencana belajar maka belajar pun akan lebih rutin, teratur dan fokus karena jika pikiran kita tidak fokus maka sulit maka konsentrasi akan terpecah-pecah maka sulitlah pesan-pesan pembelajaran itu masuk pada otak kita sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 4:

Artinya:

Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya;

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah hanya menjadikan satu hati dalam satu rongga dan jika manusia ingin mencapai sesuatu maka dia harus fokus dalam melakukan sesuatu tersebut.

4. Belajar Harus dengan Pengertian

Pengertian itu merupakan produk dari pada pemahamam. Ia paham karena itu ia mengerti. Bahkan pelajaran baginya harus dimengerti kemudian bila mungkin dilakukan dengan perbuatan. Menurut Drs Marzuki (1996:125) “ Bahwa pelajaran ini perlu diulang-ulang agar meresap kedalam otak sehingga pelajaran tersebut dikuasai sepenuhnya dan sukar untuk dilupakan. Sebalikknya, belajar tanpa diulang-ulang hasilnya akan kurang memuaskna.

Dengan demikian sebenarnya belajar itu bukanlah menghafal akan tetapi dimengerti, maksudnya pelajaran itu tidak cukup dihafal saja akan tetapi lebih baik dimengerti, karena dengan menghafal pelajaran itu akan lebih mudah lupa, sedangkan belajar dengan pengertian akan tinggal lama dalam ingatan kita.

5. Belajar harus dengan Rekreasi yang Sederhana dan Bermanfaat.

Rekreasi ini baik sekali dilakukan dengan tujuan untuk mengistirahatkan sejenak pikiran kita setelah mengalami kejenuhan di dalam belajar. Menurut Drs. Slamato (1995:571) bahwa, kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Kelelahan jasmani, terjadi karena kekacauan subtansi sisa pembakaran di di dalam tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.

b. Kelelahan rohani, dapat dilihat pada kebosanan dan kelesuan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

Apabila di dalam belajar kita mengalami masalah yang tidak terpecahkan, maka untuk tetap memelihara konsentrasi dalam belajar kita harus istirahat sebentar. Apabila istirahat itupun tidak mengembalikan perhatian kita, maka segeralah hentikan kegiatan belajar tersebut. Tidurlah dengan cukup, karena tidur adalah istirahat yang baik.

6. Belajar harus dengan Tujuan Jelas

Tujuan yang dimaksud adalah tujuan belajar yang ingin dicapai pada saat itu. Dengan jelasnya tujuan belajar, akan berarti mendekatkan jarak antara aktivitas belajar dengan tujuan belajar. Dan dekatnya tujuan belajar akan lebih lebih merangsang aktivitas belajar untuk lebih aktif. Dari penjelasan tentang prinsip-prinsip belajar mandiri diatas, peneliti menyederhanakannya menjadi tiga aspek, yaitu:

1. Bentuk perbuatan belajar mandiri siswa.

2. Disiplin belajar mandiri siswa.

3. Inisiatif siswa dalam menyelesaikan tugas belajar mandiri

Dari 3 aspek diatas maka peneliti akan memaparkannya secara terperinci sebagai berikut:

a. Bentuk perbuatan belajar mandiri siswa

Bentuk perbuatan belajar berarti, macam-macam kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Jika dikaitkan dengan belajar mandiri siswa, maka ada beberapa tahapan dalam perbuatan belajar mandiri. Menurut Haris Mujiman (2007:12), ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan belajar mandiri, diantaranya yaitu:

1) Cara belajar siswa

Siswa memiliki cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri, ini antara lain terkait dengan tipe siswa, apakah ia termasuk auditif (mendengar), visual (melihat), kinestetik atau tipe campuran. Siswa harus bisa menemukan tipe dirinya unuk bisa belajar mandiri serta cara belajar yang cocok dengan keadaan dan kemampuaan belajarnya sendiri.

Jika dikaitkan dengan bentuk perbuatan belajar mandri, menutut Yusufhadi Miarso (1999: 83), ada beberapa bentuk sistem belajar mandri:

a) Belajar bebas: kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa tanpa kewajiban mengikuti kegiatan belajar dikelas formal. Sering kali kegiatan ini digunakan oleh siswa untuk menyelesaikan tugas peroranganya.

b) Pembelajaran sendiri: belajar dilakukan dengan seorang diri tanpa ada bantuan orang lain.

c) Pembelajaran perorangan tertuntun: cara mengolah kegiatan belajar sehingga siswa dapat mencapai tujuan sesuai dengan petunjuk dari guru.

Jika dikaitkan dengan prinsip belajar mandiri siswa, maka cara belajar siswa haruslah terencana dan teratur untuk mencapai tujuan belajar. Ada tiga macam kegiatan yang dikemukan oleh Sumadi Suryabrata (2001:71) ada tiga cara belajar yang digunakan oleh siswa pada umumnya yaitu: cara-cara mengikuti pelajaran di sekolah, cara-cara belajar di luar waktu sekolah, dan cara-cara bertanya.

2) Cara-cara mengikuti pelajaran disekolah

Pada umumnya metode ceramah merupakan metode utama dalam kegiatan pembelajaran, karena itu siswa haris lebih kreatif dan memperkaya ilmu pengetahuan secara mandiri. Menurut Drs. JJ. Hasibuan (1995:13) “ Medode caramah yaitu penyampaian bahan ajar dengan komunikasi lisan dan metode ceramah itu ekonomis dan efektif untuk keperluan menyampaikan informasi dan pengertian”.

Namun, metode ceramah ini mempunyai kelemahan yaitu siswa cenderung pasif, karena bahan ajar yang diberikan terlalu banyak dan tidak bervariasi sehingga guru sukar untuk memahami pemahaman anak. Sebab keberhasialn study tergantung pada masing-masing siswa itu sendiri, oleh karena itu siswa harus mengikuti pelajaran dengan baik.

Sebagaimana menurut Sumadi Suryabrata (1989:64) menyatakan sebelum memulai pembelajaran seorang siswa harus:

a) Menyiapkan diri

Rencana study harus disusun dengan baik, karena guru hanya memberikan informasi yang cukup mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa dan hanya menperoleh gambaran secara garis besar mengenai pokok-pokok persoalan dalam materi. Dengan demikian, siswa dapat menyiapkan diri dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan mempersiapkan alat-alat tulis, buku catatan, serta alat yang berkaitan dalam pembelajaran yang akan berlangsung.

b) Mencatat pelajaran

Selama pembelajaran berlangsung yang harus dicatat oleh siswa adalah hal-hal yang penting saja atau hal-hal yang pokok aja dalam materi. Untuk mencatat semua itu, siswa harus memiliki gambaran tentang apa yang dipersoalkan mengenai meteri tersebut, sehingga siswa dapat mencatat mana yang diperlukan dan yang mana yang tidak untuk membuat catatan dengan baik.

Sehubung dengan pentingnya mencatat yang dilakukan siswa dalam pembelajaran, Poespoprodjo (1997:29), mengunggkapkan ada beberapa hal yang harus oleh siswa yang berhubungan dengan aktivitas dalam proses belajar yaitu:

(1) Membaca buku tentang materi yang akan dipelajarai sebelum materi pelajaran di mulai.

(2) Mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan guru , kemudian mencatatnya singkat dengan kata-kata sendiri agar lebih dimengerti.

(3) Setelah pelajaran selesai dan masih ada waktu, rapikan catatan yang ditulis dan memberi tanda-tanda tertentu pada kata-kata yang di anggap penting.

(4) Segera tanyakan pada guru apabila ada pertanyaan yang kurang dimengerti.

c) Mencerna hasil belajar

Setelah selesai mengikuti pembelajaran siswa perlu mencerna dan mempelajari kembali apa yang telah dijelaskan oleh guru dan catatan yang sudah ditulis dibaca kembali. Sebab, dengan membaca kembali catatan-catatan dari hasil belajar dengan sekilas akan memperoleh keuntungan dan manfaat agar tidak mudah lupa terhadap materi yang sudah kita pelajari. Menurut Sumadi Suryabrata (1989:78), ada beberapa manfaat yang diperolah siswa dengan membaca kembali catatanya, yaitu:

(1) Melengkapi hal-hal yang kurang dalam catatan itu, dan menambahkan catatanya dari sumber atau buku lain.

(2) Memahami bagian yang kurang jelas dalam pembelajaran

(3) Menginggat isi pelajaran

(4) Sebagai bahan tambahan untuk dibaca menghadapi persiapan latihan ataupun ulangan.

Sehubungan dengan itu, Nana Sudjana (1995-166) menawarkan ada beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam mengikuti pelajaran, yaitu:

(1) Baca dan pelajari materi sebelum pembelajaran berlangsung.

(2) Periksa keperluan belajar dan jangan sampai terlambat.

(3) Belajar harus dengan konsentrasi penuh dan catat bagian yang enting dari penjelasan guru.

(4) Ajukan pertanyaan apabila ada penjelasan guru yang belum dipahami.

(5) Setelah guru mengakhiri pembelajaran, segera rapikan catatan anda.

(6) Bila guru memberikan tugas, maka bentuk kelompok belajar unuk membahasnya.

(7) Biasakan diri mempergunakan waktu luang untuk belajar di perpustakaan.

3) Cara-cara belajar diluar waktu sekolah

Kegiatan belajar di luar sekolah tergantung pada masing-masing siswa. Karena itu disiplin diri sangat penting dalam pelaksannan kegiatan belajar diluar sekolah. Menurut Sumadi Suryabrata (1998:71), dalam menghadapi ulangan atau latihan akan menambah penguasaan dalam materi pelajaran yang bersangkutan dengan kegiatan belajar di luar sekolah yaitu mencari bahan atau sumber bacaan yang berkaitan dengan materi, mengatur tempat belajar dan membuat catatan atau ringkasan.

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

a) Mencari bahan atau sumber bacaan lain

Bacaan sebagai bahan atau sumber study siswa pada dasarnya dapat digolonglan menjadi tiga macam yaitu: bahan atau sumber yang berbentuk buku, bahan atau sumber yang berbentuk artikel dalam jurnal dan sumber yang berwujud laporan hasil penelitian. Tetapi selain itu dapat pula digunakan melalui sumber-sumber lain, seperti koran, majalah, internet dan lain sebagainya.

Walaupun pada dasarnya sumber atau bahan bacaan itu terdapat dimana-mana, namun tempat yang nyaman dan jauh dari keributan sehingga dapat berkonsentrasi dalam belajar adalah perpustakaan. Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari bahan atau sumber bacaan yang disediakan.

b) Mengatur tempat belajar atau menempatkan diri

Jika bahan yang akan dipelajari telah ada, maka siswa perlu menyiapkan tempat belajarnya. Siswa harus mencari tempat belajar yang nyaman dan jauh dari keeadaan sekelilingnya yang dapat menganggu konentrsi belajar dan alat-alat yang digunakan dalam belajar juga harus dipersiapkan.

c) Membuat catatan atau ringkasan

Ringkasan yang baik merupakan alat bantu yang sangat bagi setiap siwa, dengan ringkasan tersebut lebih mudah dihafal dan dalam membuat ringkasan siswa cukup mengambil inti atau pokok-pokok pikiran kemudian diringkas dengan kata-kata sendiri. Ringkasan haru sdibaca dan sambil membaca berilah tanda pada tempat-pempat tertentu yang dianggap penting agar lebih mudah melakukan pengulangan.

4) Cara-cara bertanya

Aktifitas bertanya merupakan upaya untuk lebih memahami materi pelajaran yang sedang dipelajari, atau masalah yang dihadapi siswa. Maka dari itu, apabila kita ada yang kurang mengerti tentang materi dalam mengikuti proses belajarkita harus segera bertanya kepada orang yang lebih mengerti dalam masalah yang kita hadapi.

Apabila kita tidak bertanya pada orang yang lebih mengerti atau paham, maka kita akan mengalami kesulitan dalam mengahadapi persoalan tersebut dan pada akhirnya akan merugikan diri kita sendiri. Itulah manfaat keakifan bertanya dalam kehidupan sehari-hari, demikian pula dalam kegiatan belajar. Sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an surah al-Anbiya ayat 7 sebagai berikut:

Artinya :

Maka Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.

Ayat di atas mengingatkan kepada kita semua, bahwa bila kita belum mengetahui atau belum mengerti dan memahami suatu persoalan dengan sesungguhnya, maka kita harus mengajukan pertanyaan kepada orang yang lebih mengerti (ahli) dalam masalah yang sedang kita hadapi. Apabila kita tidak mengajukan pertanyaan pada orang yang lebih mengerti, maka kita akan mengalami kesulitan dan ketidak pastian dalam mengahadapi suatu persoalan yang pada akhirnya dapat merugikan kita sendiri. Itulah manfaat keaktifan bertanya dalam kehidupan sehari-hari, demikian pula dalam kegiatan belajar.

5) Sumber dan media belajar

Belajar mandiri dapat menggunakan berbagai sumber dan media belajar. Ketersedian sumber dan media belajar turut menentukan kekuatan motivasi belajar. Adapun sumber dn media belajar tersebut, misalnya guru, tutor (pembimbing), pakar dan siapapun yang memiliki infrmasi dan keterrampila siswa dapat menjadi sumber belajar.

Paket-paket belajar yang berisi self instructional materials, buku teks hingga teknolgi informasi lanjut dapat digunakan sebagai media belajar mandiri.

6) Refleksi belajar.

Refleksi merupakan penilaian terhadap proses pembelajaran yang telah dijalani. Pertanyaan kepada diri sendiri antara lain: kegiatan apa yag behasil, apa yang gagal, mengapa untuk selanjutnya bagaimana. Refleksi sangat di[erlukan dalam belajar mandiri, sebab dari hasil refleksi siswa dapat menentukan langkahkedapan guna mencapai keberhasilan dan menghindari kegagalan.

b. Disiplin Belajar Mandiri Siswa

Disiplin merupakan kunci kesuksesan. Jika dikaitkan dengan belajar mandiri maka siswa haruslah memiliki disiplin dalam belajar. Menurut kamus bahasa Indonesia karangan W. J. S. Poerwadarminata (2000: 225) kata “disiplin” artinya laihan dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib aturan. Sedangkan menurut J. T. Lobby Loekmono (1999: 19) mengatakan bahwa disiplin ialah kesanggupan seseorang untuk mentaati atau menerapkan secara tertib berbagai rencana, jadwal, peraturan dari sekolah, keterlambatan siswa, kurangnya ketidak hadiran siswa dalam proses pembelajaran dan tugas-trugas lain yang bersangkutan dengan belajar baik di disekolah maupun dirumah sangat berpengaruh.

Oleh karena itu dalam disiplin belajar mandiri siswa harus memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik dan bagaimana melaksanaan peraturan dan jadwal belajar yang telah dibuat, kedatangan tepat waktu disekolah dan juga dapat dilihat dari kehadiran siswa dalam proses pembelajaran. Lebih khususnya mengarah tentang cara mengatur waktu belajar yang baik yang mana dapat dilihat dari keberangkatan kesekolah, kehadiran siswa, dan keterlambatannya datang kesekolah, semua itu sangat berpengaruh dalam proses belajar mandiri siswa dalam pembelajaran.

Menurut Haris Mujiman (2007:15) bahwa, belajar mandiri dapat dilaksanakan disetiap waktu yang dikehendaki siswa. Masing-masing siswa harus memiliki prefrensi waktu sendiri-sendiri untuk belajar. Dari pendapat ini dijelaskan bahwa siswa harus dapat mengatur jadwal belajarnya, hingga menjadi efektif dan efisien. Setelah melaksanakan pembelajaran siswa juga harus membuat jadwal kegiatan belajar dirumah. dalam jadwal belajar terdiri dari:

1) Guna jadwal belajar.

Menurut Frans Bona S. (1991:23-24), menyatakn manfaat jadwal belajar adalah:

a) Kita dapat membagi waktu, tenaga dan kecakapan yang timbul karena kita sanggup meliat keseluruhan tugas kita.

b) Kita bisa menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Kalau tidak ada jadwal belajar, besar kemungkinan kita akan membuat hal yang lain, seperti menonton tv, membaca majala, dan sebagainya yag tidak ada hubungannya dengan pelajaran.

2) Cara membuat jadwal belajar

Menurut J.T Lobby Leokmono (1994-88), cara membuat jadwal belajar adalah sebagai berikut:

a) Menentukan kegiatan apa dan beberapa waktu yang dibutuhkan.

b) Membuat tabel jadwal

c. Inisiatif Siswa Dalam Menyelasaikan Tugas Belajar Mandiri.

Menurut C.P. Chaplin (1995-250), menyatakan inisiatif adalah kemampuan untuk bertinggakh laku secara bebas, kegiatan yang terlibat dalam awal satu seri peristiwa. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa insiatif adalah kreatifitas yang menimbulkan keinginan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan secara bebas demi mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut Frans Bona S. (1991: 30), dalam belajar siswa harus memiliki inisiatif, karena aktifitas belajar mandiri ditandai dengan inisiatif yang tinggi dan positif dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya tepat waktu. Tugas-tugas belajar siswa diantaranya, tugas individu dan tugas kelompok.

Menurut C.P. Chaplin (1995-251), adapun tugas individu dapat berupa pencarian arkitel di internet, bisa melalui buku, majalah yang terkait dengan mata pelajaran, pencarian pustaka di perpustakaan, pencarian informasi dari data dilapangan dan sebagainya. Prodak penugasan individual dapat berupa laporaan singkat tentang hasil pekerjaan yang memuat tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan, kesalahan yang dibuatnya dalam pencarian data, mengapa itu terjadi, dan bagaimana sebaiknya untuk masa yang akan datang. Semua itu kita harus teliti dalam mengoreksi data yang kita ambil, bahwa tugas yang kita kerjakan itu adalah benar. Belajar dari pengalaman belajar merupakan salah satu langkah strategis dalam belajar mandiri.

Selanjutnya, penugasan kelompok pada dasarnya adalah sama dengan penugasan individual bedanya dikerjakan secara berkelompok, yang disertai dengan diskusi tentang langkah-langkah untuk mencapai hasil yang disepakati bersama. Keuntungan belajar kelompok diantaranya: untuk melatih membangun kerjasama tim, pembagian tangguang jawab dan rasa kebersamaan antara satu dengan lain, bisa bertukar ide dari teman yang satu keteman yang lain dan memperbaiki kesalahan tugas, Nana Sujauan (2000: 196).

Selain itu inisiatif dapat sangat dibutuhkan dalam belajar karena tanpa inisiatif maka akan sulit bagi kita untuk menciptakan sesuatu yang baru selain itu inisiatif dapat membantu manusia untuk menyelesaikan sesuaatu pekerjaan, sebagi mana dalam al-Qur’an dalam surah an-Anasar

Artinya

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.,

C. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidkan Agama Islam

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam penyiapan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengiman, bertakwa dan berakhlak mulia dengan mengamalkna ajaran agama Islam dan sumber utamanya kitab suci Al-quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan dan pengajaran, latihan serta pengalaman yang dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain, hingga terwujud persatuan dan kesatuan.

Senada dengan pendapat diatas, di dalam GBPP di sekolah umum dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam dalam usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memeahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan atar umat beragama di masyarakat untuk mewujudkan perastuan naasional (Muhaimin, 2003: 75-76).

Dari beberapa definisi diatas, dapat dipahami bahwa pendidikan agama Islam untuk membimbing, mengajar an mengasuh anak didk dalam jasmani dan rohani untuk mencapai kecerdasan sesuai dengan ajaran agama Islam yang ada. Sehingga akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan ajaran agama tersebut sebagai pandangan hidup untuk mendatangkan keselamatan ban kesejahteraan di dunia dan akhirat. Selain itu Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari kurikulum yang amat penting yang diajarkan kepada peserta didik berkenaan dengan aspek-aspek dan nilai-nilai, seperti akhlak serta keagamaan dan dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam, antara lain:

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dalam pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimananya dan ketakwaan kepasa Allah SWT.

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, jujur, adil, disiplin, bertoleransi (tasamuh), megembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah. (http://www.puskur.net)

Dari beberapa tujuan diatas, dapat dipahami bahwa inti dari tujuan Pendidikan Agama Islam ialah ingin menjadikan kepribadian anak didiknya menjadi “Insan Kamil” yaitu manusai utuh, sehat jasmani dan rohani. Dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT, serta mengamalkan ajaran Islam sekaligus dapat hidup bermasyarakat dan bernegara berdasarkan tuntutan agama.

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Adapun Pendidikan Agama Islam berfungsi untuk:

a. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat

b. Pegembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia yang ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.

c. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan social melalui Pendidikan Agama Islam.

d. Perbaikan kesalahan, kelemahan peserta didik dalam meyakini pengalaman ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan pesera didik dari hal negative budaya asing yang sakan dihadapi sehari-hari.

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan ghaib) sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran sistem untukmm mendalami Pendidikan Agama Islam kelembaga pendidikan yang lebih tinggi. (http://www.Ikp2i.org

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui (Margono, 2004: 105). Dengan mengacu pada masalah dan tujuan penelitian, maka bentuk masalah penelitian ini merupakan permasalahan deskriptif. Permasalahan deskriptif adalah suatu permasalahan yang berkenaan dengan variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan dan menghubungkan (Sugiyono, 2001: 37).

Jadi penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif yaitu penelitian non hipotesis yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada sekarang. Hal ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1991: 94) yang mengatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga langkah penelitian tidak perlu merumuskan hipotesis.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di SMA Negeri 3 Pontianak. Peneliti pertama kali melihat dan mengamati sekolah ini pada saat observasi ke sekolah tanggal 10 Desember 2007 guna menanyakan tentang kurikulum yang digunakan saat ini, disanalah peneliti melihat permasalahan yang perlu untuk diteliti.

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:96) yang dimaksud variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dari suatu peneliti. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel adalah objek yang dipilih untuk diteliti dan diuji kebenarannya secara empirik dalam sebuah penelitian. Adapun variabel penelitian yang dapat digunakan dalam penelitian ini yaitu:

Belajar Mandiri Siswa Pada Pembejaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas XI cerdas internasional Tahun Ajaran 2009-2010 di SMA Negeri 3 Pontianak, berupa angket yang diberikan kepada siswa dengan aspek-aspek sebagai berikut:

a. Bentuk perbuatan belajar mandiri siswa pada pembelajaran pendidikan Agama Islam (PAI)

b. Disiplin belajar mandiri siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

c. Inisiatif siswa dalam mengerjakan tugas-tugas pada pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

2. Definisi Operasional

Definisi operasional perlu dirumuskan, hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan persepsi atau salah menafsirkan konsep. Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dan agar tidak terjadi kesalahan dan kekeliruan dalam memahami dan menginterpretasikan penelitian ini, maka perlu dikemukakan istilah tentang segala perbuatan belajar mandiri siswa dengan mengutamakan daya dan upaya kemampuan sendiri tanpa bimbingan guru, dengan apek-aspek yang diteliti sebagai berikut:

a. Bentuk perbuatan belajar mandiri siswa pada pembelajaran pendidikan Agama Islam (PAI)

Dengan indikatornya yaitu :

1) Cara-cara belajar yang digunakan

2) Usaha untuk mengenal materi

3) Usaha untuk mengembangkan materi pelajaran yang pernah diterima.

b. Disiplin belajar mandiri siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dengan indikatornya yaitu :

1) Disiplin dalam kedatangan sekolah

2) Disiplin dalam penggunaan waktu belajar

c. Inisiatif siswa dalam mengerjakan tugas-tugas pada pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dengan indikatornya yaitu :

1) Mengerjakan tugas

2) Memeriksa kebenaran tugas

3) Memperbaiki kesalahan tugas

D. Populasi

Menurut Hadari Nawawi (1983: 74) populasi adalah “Keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (1999: 51), populasi adalah “Wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Jadi populasi berarti keseluruhan objek penelitian/sumber data yang mempunyai karakteristik tertentu, untuk dipelajari agar dapat ditarik suatu kesimpulan.

Adapun karakteristik populasi pada penelitian ini adalah :

1. Siwa yang duduk dikelas XI cerdas internasional

2. Kehadiran absen minimal 75%

3. Siswa yang mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Berdasrkan karakteristik di atas maka yang menjadi populasi dalam dalam penelitian ini berjumlah 25 siswa. Jadi penelitian ini termasuk penelitian populasi, karena menurut Suharsimi Arikunto (1987; 107) “apabila subjeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”.

E. Teknik dan alat pengumpul data

Untuk memperoleh data yang dapat mengungkap masalah dalam suatu penelitian maka perlu dipilih teknik pengumpul data yang sesuai dengan tujuannya.

Menurut Hadari Nawawi (1991: 95) ada bebera teknik pengumpul data yang digunakan dalam penelitian kuantitatif yakni:

1. Teknik observasi langsung

2. Teknik observasi tak langsung

3. Teknik komunikasi langsung

4. Teknik komunikasi tak langsung

5. Teknik pengukuran

6. Teknik studi dokumenter

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan serta informasi maka teknik yang digunakan teknik komunikasi tak langsung dengan cara memberikan anggket kepada siswa siswa tentang pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan belajar mandiri pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Mengunakan angket atau daftar pertanyaan sebagai alat pengumpul data yang didasarkan pada pemikiran bahwa alat ini praktis digunakan dan mempermudah dalam proses pengumpulan datanya dan mempermudah responden untuk menjawabnya, mengingat dalam angket tersebut telah disedikan alternaif jawaban.

Angket yang dipilih dalam pengumpulan data ini adalah angket dengan Skala Likert yang dimodifikasi dengan 4 alternatif jawaban (a,b,c,dan d). Alternatif ini memiliki bobot skor masing-masing, a= 4, b= 3, c= 2, = 1. Selain itu peneliti juga menggunakan pengamatan teknik observasi langsung untuk memperjelas observasi data dengan cara melihat kegiatan proses belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Agaa Islam kelas XI cerdas internasional.

F. Teknik dan Analisis Data

Teknik analisis data kuantitatif yang diolah dengan menggunakan statistik deskriptif dalam bentuk “ Rata-Rata (Mean) ”.

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik deskripsi dalam analisisnya. Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data mmelalui tabel, grafik, diagram lingkaran, perhitungan modus, median, mean, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standard deviasi, perhitungan persentase (Sugiono, 2001: 112).

Karena penelitian bersifat deskriptif, maka analisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus Tendensi Sentaral, yaitu Mean, Median, Modus dan standar Devinisi. (Sugiyono, 1999:40).

Adapun rumus yang digunakan yaitu:

μ = Σ X

N

Dimana :

μ = Mean (Rata-rata)

N = jumlah kasus

åX = Jumlah dari tiap nilai dalam sebaran (Arief Furchan, 1992 : 156).

Untuk menetapkan batasan atau standar masing-masing katagori peneliti meggunakan rentang 0-100, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1

Distribusi Frekuensi

Rentang

Kategori

80-100

Sangat Baik

68-79,99

Baik

56-67,99

Cukup

45-55,99

Kurang

<>

Tidak baik/gagal

Sumber: Ing Masidjo, 1995: 209

BAB IV

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Latar belakang berdirinya sekolah

SMA Negeri 3 Pontianak berdiri pada tanggal 1 Januari 1967 dengan SK Mentri P dan K Nomor : 30113600 3003 tahun 1967. sebagai kepala sekolah pertamanya secara definitif Bapak Woeridin. Sekolah ini semula merupakan sekolah Swasta bernama SMA Baperki yang dipimpin oleh bapak FX. Soejimin.

Pada awal berdirinya SMA Negeri 3 Pontianak beralamat di Jalan Gajah Mada Gang Hijaz. Namun sejak tahun 1977 setlah gedung baru yang beralokasi di jalan WR. Supratman No. 1 dan diresmikan oleh Mentri P dan K, yang pada saat itu diwakili oleh Dirjen PDM, yaitu Bapak Prof. Dr. Santoso S. Hamidjaja, M. Sc, seluruh kegiatan belajar mengajar pindah di gedung baru tersebut sampai sekarang.

2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah

a. Visi

“CERDAS BERMUTU”

b. Misi

1) Melaksanakan pendidikan dan latihan yang berkualitas sesuai perkembangan IPTEK dan berlandaskan iman dan taqwa

2) Mewujudkan insan bertaqwa, jujur, disiplin, mandiri, peduli sesama dan lingkungan

3) Menanamkan rasa kasih sayang melalui salam, senyum dan santun

4) Menumbuhkan potensi peserta didik melalui berbagai layanan pendidikan

c. Tujuan Sekolah

1) Peningkatan kualitas/mutu, iman dan taqwa dan prestasi akademik, perolehan hasil ulangan semester dan ulangan kenaikan kelas, hasil ujian nasional/sekolah dan berbagai even kejuaraan

2) Peningkatan kualitas/mutu, sarana pembelajaran berbasis teknologi

3) Peningkatan kualitas kepedulian warga sekolah terhadap kebersihan, keindahan dan kesehatan sekolah

4) Peningkatan kualitas kepedulian warga sekolah dalam penerapan disiplin, salam, senyum dan santun

5) Peningkatan kualitas layanan bagi peserta didik melalui penambahan alat, sarana belajar, dan berbagai kegiatan

6) Peningkatan manajemen partisipatif, taransparansi, dan akuntabilitas sebagai aplikasi manajemen

3. Sarana dan tujuan situasional sekolah

a. Pengolahan administrasi persekolahan yang bermutu, berteknologi, transparan dan akuntabel

b. Peningkatan kualitas kinerja guru, tata usaha dan guru

c. Peningkatan kualitas sarana prasarana sekolah

d. Peningkatan mutu hasil akademik dan non akademik

e. Peningkatan kualitas guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi, remedi/pengayaan.

f. Peningkatan kualitas peran komite sekolah, alumni, stakeholder dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.

4. Pejabat Sekolah

Tabel 2

Pejabat sekolah Menengah Atas 3 Pontianak

No

Nama

Jabatan

Pendidika dan Jurusan

1

Herni Yamasitha, S. Pd

Kepala Sekolah

S-1

2

Krisnawati, S. Pd

Waka Kurikulum

S-1

Pendidikan Koperasi

3

Dra. Wigati Pujiastuti

Waka Kesiswaan

S-1

Pendidikan MTK

4

Drs. Pargunadi

Waka sarana prasarana

S-1

Olah Raga

5

Herman Sadeli, S.Pd

Waka Humas

S-1

F-MIFA FISIKA

6

Uray Rusian

Kep. TU

INSTITUT SMA

5. Jenis Kegiatan ekstrakurikuler

a. Kegiatan ekstrakurikuler

1) Rohis

2) Palang merah remaja (PMR)

3) Pramuka

4) Paskibra

5) Sicita

6) Olahraga

7) Gempas

8) Majalah dinding

9) Karya ilmiyah remaja

b. Study club

1) Matematika

2) Kebumian

3) Komputer

4) Kimia

5) Fisika

6) Biologi

7) Ekonomi

8) Bah. Inggris

B. Pengolahan data

Sebelum melakukan analisis data terlebih dahulu yang perlu dilakukan oleh peneliti yaitu pengolahan data dari angket yang telah disebarkan kepada 25 siswa kelas XI cerdas internasional SMA Negeri 3 Pontianak. Untuk mengolah data, terlebih dahulu angket yang masuk dilakuka pemeriksaan keabsahan data untuk mengetahui data yang dapat diolah dan data yang tidak dapat diolah. Sebagai pedoman pengolahan data adalah berdasarkan ketentuan sebagai berikut:

1. Angket yang dapat diolah adalah angket yang memiliki satu jawaban dari responden

2. Angket yang tidak dapat diolah adalah jika responden memilih lebih dari satu atau tidak memilih sama sekali alternatif jawaban yang tersedia pada setiap item sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan dalam angket.

3. Langkah selanjutnya setelah itu menyusun data kualitatif dari jumlah alternatif jawaban angket yang dipilih oleh personil (responden) dalam setiap tabel.

4. Menyusun data kuantitatif dari jumlah alternatif jawaban responden pada setiap item untuk dijadikan sebagai dasar perhitungan rata-rata (mean).

Berdasarkan pemeriksaan dengan ketentuan di atas maka angket yang masuk yang berjumlah 25 dapat diolah seluruhnya dan disajikan dalam tabulasi data.

C. Penyajian Data

Data yang terkumpul dari penyebaran angket adalah data yang sudah dilakukan pemeriksaan dan dimasukkan ke dalam tabel tabulasi data. Selanjutnya data disusun dan disajikan dalam sebuah tabel dan diinterpretasikan dengan menggunakan rumus mean agar mudah dibaca oleh pihak yang ingin melihat hasil penelitian tersebut. Untuk itu berikut ini peneliti sajikan hasil dari penyajian data sebagai berikut:

1. Bentuk perbuatan belajar mandiri siswa pada pembelajaran pada pendidikan agama Islam kelasXI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun ajaran 2009/2010

Dari hasil analisis maka bentuk perbuatan belajar mandiri siswa pada pembelajaran pendidikan agama Islam kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun ajaran 2009/2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3

REKAPITULASI DATA BENTUK BELAJAR MANDIRI

Responden

ITEM

Jumlah

No

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

1

2

1

2

4

2

2

2

2

3

4

3

2

2

3

2

3

39

2

2

1

2

2

2

2

2

2

3

3

2

3

3

4

2

2

41

3

2

2

3

4

2

2

1

2

4

4

2

3

2

3

2

2

40

4

2

2

4

4

2

3

2

2

3

4

3

3

2

4

4

3

47

5

2

2

3

4

3

3

2

3

4

4

2

2

1

4

3

2

44

6

2

1

2

4

4

2

2

2

3

4

3

3

2

4

2

2

42

7

2

1

2

1

2

2

1

1

4

3

1

2

2

4

2

2

32

8

2

1

3

4

3

3

3

2

3

3

3

2

2

3

3

3

43

9

2

2

4

4

2

2

2

2

4

4

4

2

2

4

4

2

46

10

2

2

4

4

3

2

1

2

3

3

3

4

3

4

2

4

46

11

2

1

4

4

1

2

4

2

4

4

2

1

2

4

1

2

40

12

2

1

3

4

2

3

2

2

2

3

3

2

2

3

2

2

38

13

2

1

3

4

1

2

2

2

2

1

1

2

2

2

1

2

31

14

3

2

3

3

2

3

2

2

3

3

2

2

2

2

3

3

40

15

1

2

1

3

2

2

1

1

3

2

2

2

2

3

2

2

33

16

1

1

3

4

1

2

2

2

3

2

2

2

2

3

3

3

36

17

2

1

4

4

2

2

1

2

4

3

2

2

2

3

2

3

39

18

3

1

4

4

4

2

3

3

4

4

3

2

3

4

4

3

51

19

2

1

3

1

2

2

2

2

2

4

3

2

3

4

2

3

32

20

2

2

3

4

2

2

3

3

2

2

2

2

2

3

3

4

41

21

2

2

4

4

1

4

3

2

3

4

3

2

2

4

2

2

44

22

2

2

3

4

2

2

2

2

3

2

2

2

2

2

2

2

35

23

3

1

4

4

2

4

4

2

2

2

2

2

2

4

2

4

46

24

2

1

3

3

3

3

2

2

3

2

3

2

2

3

3

3

40

25

2

2

4

4

2

2

2

2

3

3

2

3

2

2

2

4

41

JUMLAH

1013

μ = Σ X

N

μ = 1013

16

= 63,31

Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat diketahui bahwa bentuk perbuatan belajar mandiri siswa pada pembelajaran pada pendidikan agama Islam kelasXI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak mencapai nilai rata-rata 63, 31. Jika di interpretasikan dengan tabel distribusi frekuensi maka bentuk perbuatan belajar mandiri siswa pada pembelajaran pada pendidikan agama Islam kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak berada pada kategori “cukup”. Jadi dapat disimpulkan bahwa bentuk belajar mandiri yang dilakukan oleh siswa kelas XI cerdas internasional Pontianak kurang optimal.

2. Disiplin belajar mandiri siswa pada pendidikan agama Islam kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun ajaran 2009/2010

Dari hasil analisis angket maka disiplin belajar mandiri siswa pada pendidikan agama Islam kelasXI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun ajaran 2009/2010. dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4

REKAPITULASI DATA DISIPLIN BELAJAR MANDIRI SISWA

No

Responden

ITEM

Jumlah

17

18

19

20

21

22

23

24

1

4

1

1

1

1

1

1

3

13

2

4

1

1

2

2

3

3

3

19

3

4

2

1

1

1

1

1

2

15

4

4

2

2

2

4

2

2

3

21

5

4

1

2

3

3

4

3

3

22

6

4

2

1

4

4

4

3

3

25

7

3

2

1

3

1

1

2

3

16

8

3

2

2

3

2

2

2

3

19

9

4

2

1

2

1

2

4

4

20

10

4

3

2

4

2

2

3

4

24

11

3

2

2

1

1

1

1

1

12

12

3

2

1

2

2

2

3

3

18

13

4

1

1

1

1

1

1

2

12

14

3

3

2

2

2

2

2

3

19

15

3

4

1

4

4

2

2

2

24

16

4

4

3

1

4

3

3

3

25

17

3

1

1

2

3

2

2

3

17

18

3

1

2

4

4

4

3

4

25

19

4

2

1

2

1

2

2

2

16

20

2

1

2

2

1

2

3

3

16

21

3

1

2

4

2

4

4

2

24

22

3

1

1

2

3

2

2

2

16

23

4

1

1

4

2

4

3

3

22

24

3

3

2

2

2

4

2

3

21

25

4

1

1

4

4

3

2

3

22

JUMLAH

483

μ = Σ X

N

μ = 483

8

= 60,37

Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat diketahui bahwa disiplin belajar mandiri siswa pada pendidikan agama Islam kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun ajaran 2009/2010. Mencapai nilai rata-rata 60, 37. Jika di interpretasikan dengan tabel distribusi frekuensi maka disiplin belajar mandiri siswa pada pendidikan agama Islam kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak berada pada kategori “cukup”. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan belajar mandiri siswa kelas XI cerdas internasional pada mata pelajaran pendidikan agama Islam kurang diterapkan dalam pembelajarannya.

3. Inisiatif siswa dalam menyelesaikan tugas pendidikan agama Islam kelasXI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun ajaran 2009/2010

Dari hasil analisis angket maka inisiatif siswa dalam menyelesaikan tugas pendidikan agama Islam kelasXI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun ajaran 2009/2010. dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel. 5

REKAPITULASI DATA DALAM MENGERJAKAN TUGAS

No

Responden

ITEM

Jumlah

25

26

27

28

29

30

31

32

33

1

3

3

3

3

2

2

3

2

1

22

2

3

3

3

3

3

3

3

3

1

25

3

2

4

2

4

4

3

4

2

2

27

4

4

4

3

4

3

4

2

4

3

31

5

3

4

3

4

4

3

3

3

2

29

6

4

4

4

4

2

3

3

3

2

29

7

4

3

3

3

3

2

2

3

2

25

8

3

3

3

3

4

4

3

2

3

22

9

4

4

4

4

4

3

2

3

3

31

10

4

4

3

4

4

4

4

4

3

34

11

2

4

4

2

1

2

2

4

1

21

12

3

3

3

3

3

3

2

2

2

24

13

1

3

3

3

2

2

1

2

1

18

14

2

3

3

3

3

2

3

3

2

24

15

2

3

2

3

2

2

2

3

2

22

16

2

4

4

3

2

2

3

3

1

24

17

3

3

2

2

2

3

3

3

2

23

18

3

4

3

3

4

4

2

3

1

27

19

3

4

4

3

4

4

3

4

3

32

20

4

3

3

4

3

2

2

2

1

24

21

3

4

3

4

2

2

2

4

4

28

22

3

4

3

3

3

3

2

3

2

26

23

4

4

3

3

4

3

2

4

2

29

24

3

4

3

2

2

3

2

3

1

23

25

3

2

2

3

3

2

2

3

3

27

JUMLAH

653

μ = Σ X

N

μ = 653

9

= 72, 55

Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat diketahui bahwa inisiatif siswa dalam menyelesaikan tugas pendidikan agama Islam kelasXI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun ajaran 2009/2010. Mencapai nilai rata-rata 72, 55. Jika di interpretasikan dengan tabel distribusi frekuensi maka inisiatif siswa dalam menyelesaikan tugas pendidikan agama Islam kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak berada pada kategori “Baik”. Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk menyelesaikan tugas pendidikan agama Islam pada mata pelajaran pendidikan agama Islam siswa kelas XI cerdas internasional Pontianak sudah melakukan inisiatif dengan benar.

D. Pembahasan

Berdasarkan temuan yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan bahwa:

1. Bentuk perbuatan belajar mandiri siswa pada pembelajaran pada pendidikan agama Islam kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak berada pada kategori cukup dengan nilai rata-rata 63, 31. dengan demikian, bentuk belajar mandiri siswa kelas XI cerdas internasional tidak optimal dalam melakukannya. Padahal menurut Haris Mujiman (2007: 12), untuk mengoptimalkan hasik belajar mandiri maka dalam melaksanakanna harus memperhatikan hal-hal berikut ini:

c. Cara belajar siswa

Siswa memiliki cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri, ini antara lain terkait dengan tipe siswa, apakah ia termasuk auditif (mendengar), visual (melihat), kinestetik atau tipe campuran. Siswa harus bisa menemukan tipe dirinya unuk bisa belajar mandiri serta cara belajar yang cocok dengan keadaan dan kemampuaan belajarnya sendiri.

Jika dikaitkan dengan bentuk perbuatan belajar mandri, menutut Yusufhadi Miarso (1999: 83), ada beberapa bentuk sistem belajar mandri:

d) Belajar bebas: kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa tanpa kewajiban mengikuti kegiatan belajar dikelas formal. Sering kali kegiatan ini digunakan oleh siswa untuk menyelesaikan tugas peroranganya.

e) Pembelajaran sendiri: belajar dilakukan dengan seorang diri tanpa ada bantuan orang lain.

f) Pembelajaran perorangan tertuntun: cara mengolah kegiatan belajar sehingga siswa dapat mencapai tujuan sesuai dengan petunjuk dari guru.

Jika dikaitkan dengan prinsip belajar mandiri siswa, maka cara belajar siswa haruslah terencana dan teratur untuk mencapai tujuan belajar. Ada tiga macam kegiatan yang dikemukan oleh Sumadi Suryabrata (2001:71) ada tiga cara belajar yang digunakan oleh siswa pada umumnya yaitu: cara-cara mengikuti pelajaran di sekolah, cara-cara belajar di luar waktu sekolah, dan cara-cara bertanya.

1) Cara-cara mengikuti pelajaran disekolah

Pada umumnya metode ceramah merupakan metode utama dalam kegiatan pembelajaran, karena itu siswa haris lebih kreatif dan memperkaya ilmu pengetahuan secara mandiri. Menurut Drs. JJ. Hasibuan (1995:13) “ Medode caramah yaitu penyampaian bahan ajar dengan komunikasi lisan dan metode ceramah itu ekonomis dan efektif untuk keperluan menyampaikan informasi dan pengertian”.

Namun, metode ceramah ini mempunyai kelemahan yaitu siswa cenderung pasif, karena bahan ajar yang diberikan terlalu banyak dan tidak bervariasi sehingga guru sukar untuk memahami pemahaman anak. Sebab keberhasialn study tergantung pada masing-masing siswa itu sendiri, oleh karena itu siswa harus mengikuti pelajaran dengan baik.

Sebagaimana menurut Sumadi Suryabrata (1989:64) menyatakan sebelum memulai pembelajaran seorang siswa harus:

d) Menyiapkan diri

Rencana study harus disusun dengan baik, karena guru hanya memberikan informasi yang cukup mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa dan hanya menperoleh gambaran secara garis besar mengenai pokok-pokok persoalan dalam materi. Dengan demikian, siswa dapat menyiapkan diri dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan mempersiapkan alat-alat tulis, buku catatan, serta alat yang berkaitan dalam pembelajaran yang akan berlangsung.

e) Mencatat pelajaran

Selama pembelajaran berlangsung yang harus dicatat oleh siswa adalah hal-hal yang penting saja atau hal-hal yang pokok aja dalam materi. Untuk mencatat semua itu, siswa harus memiliki gambaran tentang apa yang dipersoalkan mengenai meteri tersebut, sehingga siswa dapat mencatat mana yang diperlukan dan yang mana yang tidak untuk membuat catatan dengan baik.

Sehubung dengan pentingnya mencatat yang dilakukan siswa dalam pembelajaran, Poespoprodjo (1997:29), mengunggkapkan ada beberapa hal yang harus oleh siswa yang berhubungan dengan aktivitas dalam proses belajar yaitu:

(5) Membaca buku tentang materi yang akan dipelajarai sebelum materi pelajaran di mulai.

(6) Mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan guru , kemudian mencatatnya singkat dengan kata-kata sendiri agar lebih dimengerti.

(7) Setelah pelajaran selesai dan masih ada waktu, rapikan catatan yang ditulis dan memberi tanda-tanda tertentu pada kata-kata yang di anggap penting.

(8) Segera tanyakan pada guru apabila ada pertanyaan yang kurang dimengerti.

f) Mencerna hasil belajar

Setelah selesai mengikuti pembelajaran siswa perlu mencerna dan mempelajari kembali apa yang telah dijelaskan oleh guru dan catatan yang sudah ditulis dibaca kembali. Sebab, dengan membaca kembali catatan-catatan dari hasil belajar dengan sekilas akan memperoleh keuntungan dan manfaat agar tidak mudah lupa terhadap materi yang sudah kita pelajari. Menurut Sumadi Suryabrata (1989:78), ada beberapa manfaat yang diperolah siswa dengan membaca kembali catatanya, yaitu:

(5) Melengkapi hal-hal yang kurang dalam catatan itu, dan menambahkan catatanya dari sumber atau buku lain.

(6) Memahami bagian yang kurang jelas dalam pembelajaran

(7) Menginggat isi pelajaran

(8) Sebagai bahan tambahan untuk dibaca menghadapi persiapan latihan ataupun ulangan.

Sehubungan dengan itu, Nana Sudjana (1995-166) menawarkan ada beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam mengikuti pelajaran, yaitu:

(8) Baca dan pelajari materi sebelum pembelajaran berlangsung.

(9) Periksa keperluan belajar dan jangan sampai terlambat.

(10) Belajar harus dengan konsentrasi penuh dan catat bagian yang enting dari penjelasan guru.

(11) Ajukan pertanyaan apabila ada penjelasan guru yang belum dipahami.

(12) Setelah guru mengakhiri pembelajaran, segera rapikan catatan anda.

(13) Bila guru memberikan tugas, maka bentuk kelompok belajar unuk membahasnya.

(14) Biasakan diri mempergunakan waktu luang untuk belajar di perpustakaan.

2) Cara-cara belajar diluar waktu sekolah

Kegiatan belajar di luar sekolah tergantung pada masing-masing siswa. Karena itu disiplin diri sangat penting dalam pelaksannan kegiatan belajar diluar sekolah. Menurut Sumadi Suryabrata (1998:71), dalam menghadapi ulangan atau latihan akan menambah penguasaan dalam materi pelajaran yang bersangkutan dengan kegiatan belajar di luar sekolah yaitu mencari bahan atau sumber bacaan yang berkaitan dengan materi, mengatur tempat belajar dan membuat catatan atau ringkasan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

d) Mencari bahan atau sumber bacaan lain

Bacaan sebagai bahan atau sumber study siswa pada dasarnya dapat digolonglan menjadi tiga macam yaitu: bahan atau sumber yang berbentuk buku, bahan atau sumber yang berbentuk artikel dalam jurnal dan sumber yang berwujud laporan hasil penelitian. Tetapi selain itu dapat pula digunakan melalui sumber-sumber lain, seperti koran, majalah, internet dan lain sebagainya.

Walaupun pada dasarnya sumber atau bahan bacaan itu terdapat dimana-mana, namun tempat yang nyaman dan jauh dari keributan sehingga dapat berkonsentrasi dalam belajar adalah perpustakaan. Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari bahan atau sumber bacaan yang disediakan.

e) Mengatur tempat belajar atau menempatkan diri

Jika bahan yang akan dipelajari telah ada, maka siswa perlu menyiapkan tempat belajarnya. Siswa harus mencari tempat belajar yang nyaman dan jauh dari keeadaan sekelilingnya yang dapat menganggu konentrsi belajar dan alat-alat yang digunakan dalam belajar juga harus dipersiapkan.

f) Membuat catatan atau ringkasan

Ringkasan yang baik merupakan alat bantu yang sangat bagi setiap siwa, dengan ringkasan tersebut lebih mudah dihafal dan dalam membuat ringkasan siswa cukup mengambil inti atau pokok-pokok pikiran kemudian diringkas dengan kata-kata sendiri. Ringkasan haru sdibaca dan sambil membaca berilah tanda pada tempat-pempat tertentu yang dianggap penting agar lebih mudah melakukan pengulangan.

3) Cara-cara bertanya

Aktifitas bertanya merupakan upaya untuk lebih memahami materi pelajaran yang sedang dipelajari, atau masalah yang dihadapi siswa. Maka dari itu, apabila kita ada yang kurang mengerti tentang materi dalam mengikuti proses belajarkita harus segera bertanya kepada orang yang lebih mengerti dalam masalah yang kita hadapi.

Apabila kita tidak bertanya pada orang yang lebih mengerti atau paham, maka kita akan mengalami kesulitan dalam mengahadapi persoalan tersebut dan pada akhirnya akan merugikan diri kita sendiri. Itulah manfaat keakifan bertanya dalam kehidupan sehari-hari, demikian pula dalam kegiatan belajar.

d. Sumber dan media belajar

Belajar mandiri dapat menggunakan berbagai sumber dan media belajar. Ketersedian sumber dan media belajar turut menentukan kekuatan motivasi belajar. Adapun sumber dn media belajar tersebut, misalnya guru, tutor (pembimbing), pakar dan siapapun yang memiliki infrmasi dan keterrampila siswa dapat menjadi sumber belajar. Paket-paket belajar yang berisi self instructional materials, buku teks hingga teknolgi informasi lanjut dapat digunakan sebagai media belajar mandiri.

e. Refleksi belajar.

Refleksi merupakan penilaian terhadap proses pembelajaran yang telah dijalani. Pertanyaan kepada diri sendiri antara lain: kegiatan apa yag behasil, apa yang gagal, mengapa untuk selanjutnya bagaimana. Refleksi sangat di[erlukan dalam belajar mandiri, sebab dari hasil refleksi siswa dapat menentukan langkahkedapan guna mencapai keberhasilan dan menghindari kegagalan.

Dari pembahasan di atas maka dapat dikatakan bahwa bentuk perbuatan belajar mandiri siswa pada pembelajaran PAI kurang optimal dan tidak memperhatikan hal-hal yang harus dilakukan dalam belajar mandiri.

2. Disiplin belajar mandiri siswa pada pendidikan agama Islam kelasXI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun ajaran 2009/2010. berada pada kategori “cukup” dengan nilai rata-rata “60, 37, dengan demikian dalam belajar mandiri siswa kurang disiplin dalam melakukannya. Padahal disiplin merupakan kunci kesuksesan dalam belajar. Menurut Haris Mujiman (2007:15) bahwa, belajar mandiri dapat dilaksanakan disetiap waktu yang dikehendaki siswa. Masing-masing siswa harus memiliki prefrensi waktu sendiri-sendiri untuk belajar. Dari pendapat ini dijelaskan bahwa siswa harus dapat mengatur jadwal belajarnya, hingga menjadi efektif dan efisien.

Setelah melaksanakan pembelajaran siswa juga harus membuat jadwal kegiatan belajar dirumah. dalam jadwal belajar terdiri dari:

a. Guna jadwal belajar.

Menurut Frans Bona S. (1991:23-24), menyatakn manfaat jadwal belajar adalah:

c) Kita dapat membagi waktu, tenaga dan kecakapan yang timbul karena kita sanggup meliat keseluruhan tugas kita.

d) Kita bisa menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Kalau tidak ada jadwal belajar, besar kemungkinan kita akan membuat hal yang lain, seperti menonton tv, membaca majala, dan sebagainya yag tidak ada hubungannya dengan pelajaran.

b. Cara membuat jadwal belajar

Menurut J.T Lobby Leokmono (1994-88), cara membuat jadwal belajar adalah sebagai berikut:

c) Menentukan kegiatan apa dan beberapa waktu yang dibutuhkan.

d) Membuat tabel jadwal

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan yang diterapkan siswa dalam belajar mandiri tidak optimal dan kurang memenuhi standar dalam belajar mandiri.

3. Inisiatif siswa dalam menyelesaikan tugas pendidikan agama Islam kelasXI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun ajaran 2009/2010. berada pada kategori “baik” dengan demikian dalam menyelesaikan tugas pendidikan agama Islam inisiatif siswa sudah baik dan tepat. Menurut Frans Bona S. (1991: 30), dalam belajar siswa harus memiliki inisiatif, karena aktifitas belajar mandiri ditandai dengan inisiatif yang tinggi dan positif dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. Tugas-tugas belajar siswa diantaranya, tugas individu dan tugas kelompok.

Menurut C.P. Chaplin (1995-251), adapun tugas individu dapat berupa pencarian arkitel di internet, yang terkait dengan mata pelajaran, pencarian pustaka di perpustakaan, pencarian informasi dari data dilapangan dan sebagainya. Prodak penugasan individual dapat berupa laporaan singkat tentang hasil pekerjaan yang memuat tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan, kesalahan yang dibuatnya dalam pencarian data, mengapa itu terjadi, dam bagaimana sebaiknya untuk masa yang akan datang. Belajar dari pengalaman belajar merupakan salah satu langkah strategis dalam belajar mandiri.

Selanjutnya, penugasan kelompok pada dasarnya adalah sama dengan penugasan individual bedanya dikerjakan secara berkelompok, yang disertai dengan diskusi tentang langkah-langkah untuk mencapai hasil yang disepakati bersama. Keuntunggan belajar kelompok diantaranya: untuk melatih membangun kerjasama tim, pembegian tangguang jawab dan rasa kebersamaan antara satu dengan lain.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa inisiatif yang dilakukan oleh siswa kelas XI pada mata pelajaran PAI sudah baik serta dapat menunjang dalam proses belajar mengajar.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa secara umum belajar mandiri siswa pada pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) Kelas XI cerdas internasional Tahun Ajaran 2009-2010 di SMA Negeri 3 Pontiana sudah tergolong cukup. Secara khusus belajar mandiri siswa pada pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) Kelas XI cerdas internasional dapat disimpulkan sebagai berikut:

4. Bentuk perbuatan belajar mandiri siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun 2009/2010.

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan rumus mean maka dapat disimpulkan bahwa bentuk perbuatan belajar mandiri siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak mencapai nilai rata-rata 63, 31. Jika di interpretasikan dengan tabel distribusi frekuensi maka bentuk perbuatan belajar mandiri siswa pada pembelajaran pada pendidikan agama Islam kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak berada pada kategori “cukup”. Jadi dapat disimpulkan bahwa bentuk belajar mandiri yang dilakukan oleh siswa kelas XI cerdas internasional 2 Pontianak kurang optimal.


5. Disiplin belajar mandiri siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas XI cerdas internasional Tahun di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun 2009/2010.

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan rumus mean maka dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar mandiri siswa pada pendidikan agama Islam kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun ajaran 2009/2010. Mencapai nilai rata-rata 60, 37. Jika di interpretasikan dengan tabel distribusi frekuensi maka disiplin belajar mandiri siswa pada pendidikan agama Islam kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak berada pada kategori “cukup”. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan belajar mandiri siswa kelas XI cerdas internasional pada mata pelajaran pendidikan agama Islam kurang diterapkan dalam pembelajarannya.

6. Inisiatif siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak tahun 2009/2010.

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan rumus mean maka dapat disimpulkan bahwa inisiatif siswa dalam menyelesaikan tugas pendidikan agama Islam kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak Tahun ajaran 2009/2010. Mencapai nilai rata-rata 72, 55. Jika di interpretasikan dengan tabel distribusi frekuensi maka inisiatif siswa dalam menyelesaikan tugas pendidikan agama Islam kelas XI cerdas internasional di SMA Negeri 3 Pontianak berada pada kategori “Baik”. Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk menyelesaikan tugas pendidikan agama Islam pada mata pelajaran pendidikan agama Islam siswa kelas XI cerdas internasional Pontianak sudah melakukan inisiatif dengan benar.

B. Saran

Ada beberapa hal yang dapat peneliti sarankan sebagai penutup dari skripsi ini yaitu:

1. Kepada siswa kelas XI cerdas internasional di SMA 3 Pontianak, agar terus mengoptimalkan belajar mandirinya baik dari segi bentuk kegiatan belajar mandiri, kedisiplanan dalam belajar mandiri dan inisiati dalam mengerjakan tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

2. Kepada guru dan orang tua siswa agar terus memotivasi siswa untuk melakukan belajar mandiri agar hasilnya optimal dan disiplin dalam melakukannya. Selain itu seharusnya guru dan orang tua siswa untuk memfasilitasi belajar mandiri siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar